Iklim prestatif sivitas akademika Universitas Diponegoro yang terjaga dengan baik hingga saat ini mengukuhkan identitas Undip sebagai universitas riset di Indonesia. Terbukti dari tingginya antusiasme mahasiswa Undip dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2022. Beberapa bulan sebelumnya, sebanyak 1661 judul proposal PKM telah diajukan oleh para tim mahasiswa untuk diseleksi di tingkat universitas, yang kemudian diseleksi lebih lanjut di tingkat nasional. Pada tanggal 27 Mei 2022, Undip meraih pendanaan PKM oleh Kemendikbudristek sebanyak 25 proposal yang diwakili oleh 25 tim mahasiswa. Salah satu di antara judul proposal yang lolos pendanaan tersebut mengangkat isu mengenai disabilitas tunanetra.
Tunanetra menempati urutan pertama di antara semua kategori disabilitas lainnya dalam hal limiting condition (Susenas, 2006). Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan kemampuan penglihatan dan kemampuan bermobilisasi penyandang tunanetra. Merujuk pada estimasi data dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah penyandang disabilitas tunanetra di Indonesia mencapai 1,5% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika saat ini jumlah penduduk di Indonesia mencapai lebih dari 270 juta jiwa, maka jumlah penyandang disabilitas tunanetra berada pada kisaran 4 juta jiwa. Angka tersebut tentu bukanlah jumlah yang sedikit. Mengakar dari permasalahan tersebut, penyandang tunanetra perlu mendapatkan alat bantu beserta perlakuan khusus guna mengurangi faktor kendalanya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, tim PKM yang terdiri dari lima mahasiswa Undip dari jurusan Teknik Elektro dan Teknik Komputer, yakni Muhammad Favian Adinata, Rizkar Al Akbar, Hana Sajidah, Nur Ayuk Febreyanti, dan Hafiz Alifian Aqsha terinspirasi untuk membuat sebuah produk karsa cipta bertajuk “Sistem 3D Audio Terintegrasi dengan Image Processing sebagai Alat Bantu Tunanetra Berbasis Internet of Things”. Purwarupa ini dirancang sebagai teknologi asistif untuk penyandang tunanetra yang dapat digunakan pada bagian kepala. Fungsi utamanya adalah untuk mendeteksi arah objek halangan beserta informasi jarak objek tersebut terhadap penggunanya dengan memanfaatkan teknologi sinar laser dan image processing.
Faktor kebaruan (novelty) dalam inovasi ini terletak pada pengembangan teknologi binaural 3D audio yang memanfaatkan respons HRTF (Head-Related Transfer Function) pada manusia. Sederhananya, purwarupa ini menggagaskan perluasan fungsi pendengaran dari telinga manusia ke dalam domain fungsi “penglihatan” dalam rangka menumbuhkan persepsi sensori penyandang tunanetra guna mengenali lingkungan sekitarnya. Sistem audio 3 dimensi dirancang dengan memanfaatkan data dari sensor LiDAR dan Pixy Camera berupa pemetaan arah dan jarak objek halangan sebagai impuls masukannya. Kemudian, dengan menggunakan metode signal processing, impuls tersebut dikonversi menjadi sinyal suara yang memiliki efek sumber bunyi seolah-olah berasal dari arah benda yang dideteksi dalam ruang 3 dimensi secara realtime. Selain itu, purwarupa ini juga menerapkan konsep Internet of Things (IoT) yang konteks pemakaiannya adalah untuk menginformasikan lokasi pengguna kepada pihak keluarga penyandang disabilitas melalui aplikasi mobile yang terhubung menggunakan konektivitas internet.
Dengan demikian, tim PKM Undip berharap agar pengembangan inovasi ini dapat menjadi titik balik dalam peningkatan kualitas hidup penyandang tunanetra dengan mengedepankan asas kemanfaatan dan keberlanjutan. Selain itu, diharapkan pula alat ini dapat turut mempermudah penyandang tunanetra untuk berpartisipasi aktif di lingkungannya yang selanjutnya dapat menjadi katalisator dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang terdapat pada Sustainable Development Goals (SDGs).





